Kemajuan di bidang biologi dan terapi kanker membuat usia harapan hidup pasien kanker terus meningkat, terutama pada pasien kanker anak. Akan tetapi, para survivor kanker ini menghadapi masalah kesehatan di masa mendatang yang disebut dengan "late effects".
Para peneliti dari St.Jude Children's Research Hospital, Mempish, menyimpulkan ada tiga late effects yang akan dihadapi anak perempuan survivor kanker, yakni berkurangnya kepadatan tulang, sindrom metabolik yang akan memicu obesitas dan penyakit kardiovaskular, serta risiko terkena kanker payudara.
Berkurangnya kepadatan tulang merupakan dampak langsung dari terapi kanker dan menyebabkan survivor kanker berpontensi mengalami osteoporosis dini atau tulang rapuh.
Para ahli menyimpulkan, perempuan yang pernah menderita kanker di msa kecil disarankan untuk memberikan ASI kepada bayinya. Menyusui terbukti efektif untuk mengatasi ketiga masalah kesehatan (late effects) yang dihadapi.
Penelitian menunjukkan, survivor kanker yang menyusui bayinya tingkat kepadatan tulangnya jauh melebihi masa sebelum mereka hamil. Memberikan ASI juga terbukti mengurangi insiden obesitas. Demikian juga halnya dengan risiko kanker payudara. Beberapa penelitian telah menunjukkan memberikan ASI bisa menekan risiko kanker payudara.
Kendati begitu para peneliti mengingatkan juga adanya efek samping dari terapi kanker yakni kesulitan memproduksi ASI. Terapi kanker seperti radiasi untuk kanker otak atau penyinaran untuk leukimia bisa memengaruhi kadar growth hormone. Padahal, kemampuan seorang wanita untuk memproduksi ASI sangat dipengaruhi oleh growth hormone.
Karena itu para ahli mengingatkan pentingnya dukungan semua pihak pada survivor kanker untuk bisa menyusui bayinya. Selain memberikan ASI, para survivor kanker juga disarankan untuk menghindari rokok, menjalankan pola makan sehat, serta rutin berolahraga.
(sumber: compas.com)
Para peneliti dari St.Jude Children's Research Hospital, Mempish, menyimpulkan ada tiga late effects yang akan dihadapi anak perempuan survivor kanker, yakni berkurangnya kepadatan tulang, sindrom metabolik yang akan memicu obesitas dan penyakit kardiovaskular, serta risiko terkena kanker payudara.
Berkurangnya kepadatan tulang merupakan dampak langsung dari terapi kanker dan menyebabkan survivor kanker berpontensi mengalami osteoporosis dini atau tulang rapuh.
Para ahli menyimpulkan, perempuan yang pernah menderita kanker di msa kecil disarankan untuk memberikan ASI kepada bayinya. Menyusui terbukti efektif untuk mengatasi ketiga masalah kesehatan (late effects) yang dihadapi.
Penelitian menunjukkan, survivor kanker yang menyusui bayinya tingkat kepadatan tulangnya jauh melebihi masa sebelum mereka hamil. Memberikan ASI juga terbukti mengurangi insiden obesitas. Demikian juga halnya dengan risiko kanker payudara. Beberapa penelitian telah menunjukkan memberikan ASI bisa menekan risiko kanker payudara.
Kendati begitu para peneliti mengingatkan juga adanya efek samping dari terapi kanker yakni kesulitan memproduksi ASI. Terapi kanker seperti radiasi untuk kanker otak atau penyinaran untuk leukimia bisa memengaruhi kadar growth hormone. Padahal, kemampuan seorang wanita untuk memproduksi ASI sangat dipengaruhi oleh growth hormone.
Karena itu para ahli mengingatkan pentingnya dukungan semua pihak pada survivor kanker untuk bisa menyusui bayinya. Selain memberikan ASI, para survivor kanker juga disarankan untuk menghindari rokok, menjalankan pola makan sehat, serta rutin berolahraga.
(sumber: compas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar